Didatangi Petugas Imigrasi, Kepala Sekolah Lindungi Guru Asing

Didatangi Petugas Imigrasi, Kepala Sekolah Lindungi Guru Asing
Sejumlah guru asing yang rata-rata berasal dari Filipina menjalani pemeriksaan dokumen oleh Imigrasi Klas I Medan. Mereka didata dan ditanyai izin tinggalnya, Kamis (20/10/2016).


Kepala Sekolah Dasar (SD) Batari School Meri tampak kelimpungan saat petugas Imigrasi Klas I Khusus Medanmendatangi sekolah di Jalan Sei Serayu No 69 tersebut, Kamis (20/10).
Petugas pengawas penindakan imigrasi mendatangi sekolah Batari guna merazia guru warga negara asing (WNA) yang tidak lengkap dokumennya. Saat didatangi petugas, Meri yang mengenakan baju ungu sibuk meminta stafnya mengumpulkan dokumen Gina Ramos Zubiri dan Angelita Policarpio Fulguencio.
Kedua guru asal Filipina tersebut sudah mengajar sekitar tiga tahun di Medan. "Dokumennya lengkap kok Pak. Semuanya ada. Paspor juga ada, tapi tertinggal di rumah mereka," kata Meri kepada Ketua Tim (Katim) B Penindakan Lapangan Sofyan, kemarin sore.
Karena tak memegang paspor asli, Sofyan dan sejumlah petugas imigrasi hendak membawa Gina dan Angelita. Mendengar hal itu, Meri tampak gemetaran. Ia begitu gugup dan berulang kali memohon kepada Sofyan agar memberi keringanan kepada dua guru tersebut.
"Janganlah dibawa Pak. Tolonglah dulu. Ada kok dokumennya," ungkap Meri. Karena tak ingin kedua gurunya dibawa petugas imigrasi, perempuan berkacamata itu lantas meminta stafnya menyetop taksi guna mengambil paspor dua warga Filipina tersebut.
"Coba panggil taksilah. Ambil segera paspornya," kata Meri kepada stafnya.
Setelah berulang kali memohon, petugas imigrasi lantas mengingatkan Meri. Petugas meminta agar Meri mengirimkan foto paspor asli kedua guru itu lewat aplikasi What'sApp."Kalau memang dokumennya lengkap, nanti kirimkan pada kami. Ibu harus ingat, warga negara asing ini setiap saat harus memegang paspor. Jadi, tidak boleh sesuka hati saja," kata Sofyan.
Setelah diberi peringatan, Meri yang tadinya tampak begitu gugup akhirnya tersenyum. Bahkan, ia berulang kali mengucapkan terima kasih kepada petugas imigrasi. Meski sempat gugup menghadapi petugas, namun sikap Meri begitu baik. Ia tampak kooperatif dibandingkan sekolah lainnya.
"Lain kali akan kami lengkapilah Pak. Tapi, mohon jangan dibawa guru kami," katanya. Saat diwawancarai Tribun, Meri mengaku di sekolahnya hanya ada dua guru warga negara asing. Keduanya berasal dari Filipina.
"Kalau guru asing tamu, kami pastikan tidak ada Pak. Hanya dua ini saja guru kami. Itupun karena kebutuhan sekolah," ungkap Meri. Kedua guru asing itu mengajar mata pelajaran matematika dan pengetahuan alam.
Kenapa lebih memilih guru asing ketimbang guru lokal, Meri mengaku, guru asing sedikit lebih baik pengetahuannya daripada guru lokal.
"Saya rasa, ini masalah human resource-nya saja, ya. Di sini kan (guru lokalnya) belum mantap. Jadi, guru di sini butuh trainingdari mereka," ungkap Meri. Lantas, bagaimana dengan soal penggajian para guru asing ini, Meri tidak menjelaskannya secara gamblang.
Ia hanya menyebut, para guru asing ini tetap digaji dengan mata uang rupiah. "Karena kita di Indonesia, tentu gajinya rupiahlah Pak. Namun, memang agak lebih daripada guru lokal," ungkap Meri. Lalu, apakah guru asing diberi fasilitas lebih? "Kalau tempat tinggal, itu mereka sendiri. Enggak mungkinlah semua kita tanggung. Enggak ada yang lebih kok fasilitasnya. Saya rasa sama saja," ujarnya.Bertahan Tiga Tahun
Menurut Meri, tenaga pengajar asal luar negeri itu bisa bertahan dua atau tiga tahun. Setelah guru lokal mahir selama pelatihan, para guru asing ini akan kembali ke negara asalnya. "Enggak lama kok mereka di sini. Paling lama itu tiga tahun. Mereka hanya memberi training," katanya.
Selain melakukan razia di Batari School, petugas imigrasi juga melakukan razia di Prime One School di Jalan AH Nasution/Jalan Tritura, Medan Amplas. Ketika petugas masuk dan minta izin melakukan pemeriksaan, bagian resepsionis menyampaikan Ketua Yayasan tidak ada, dan kepala sekolah tengah berkeliling memantau siswa. 
Hampir satu jam menunggu, petugas Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Sumut yang tak sabar bernama Pardomuan Siregar kemudian menyenggak bagian reseptionis, karena merasa dipermainkan.
"Panggil kepala sekolah kalian dulu. Ini bukan main-main. Jangan pulak seolah-olah kami ini entah dari mana.
Kami ini resmi. Dari pemerintah kami," ungkap Pardomuan dengan nada suara tinggi. 
Setelah beberapa kali terlibat perdebetan, seorang perempuan, yang belakangan diketahui bernama Leni datang. Perempuan, yang mengaku sebagai salah satu tenaga pengajar ini, mengatakan, dokumen para guru asing, dipegang staf lain.
"Kebetulan dokumennya dipegang sama staf kami Pak. Dia tidak hadir, karena sakit," kata Leni. Mendengar hal itu, petugas pengawas dan penindak lapangan imigrasi Simon Sinaga meminta Leni agar tidak main-main terhadap persoalan ini.
"Ibu ini ada aja alasannya. Sekarang gini ajalah, kalau memang enggak dikasih kami melihat dokumen guru asing itu, biar semua guru-gurunya kami bawa," kata Simon. Leni pun pamit masuk ke sekolah. Tak berapa lama berselang, ia meminta perwakilan imigrasi menemui para guru di dalam sekolah.Hampir setengah jam lebih di dalam sekolah, petugas imigrasi kembali ke ruang lobi. Di sana, petugas masih menunggu data dan dokumen para guru asing. "Mereka bilang guru asing di SD ada tujuh. Tapi, guru asing di TK enggak ada. Kami curiga juga," kata Ketua Tim I Pemeriksa, Pradana.
Karena tak percaya dengan keterangan pihak sekolah, pengawas dan penindak lapangan imigrasi Simon lantas mengajak Tribun melakukan survei kepada orangtua murid. Beberapa orangtua murid, yang ditanyai Simon, mengaku, di TK memang ada guru asing. Namun, para orangtua tak tahu jumlah pastinya.
"Sudah kamu dengar sendiri kan. Saya yakin mereka bohong. Hitung-hitungannya begini, di TK ada berapa lokal. Lalu di SD ada berapa lokal. Mana mungkin guru yang tujuh tadi cukup untuk mengajar di 50 lokal. Kan mengada-ngada itu," kata Simon.
Setelah melakukan survei, Simon kembali masuk ke ruang lobi. Di sana, ia kembali meminta Leni agar menunjukkan dokumen para guru asing. Dari data yang disampaikan pihak sekolah, guru asing yang mengajar di Prime One School masing-masing Archie Alejandro Miranda dari Filipina, Grace Hernandez Fabian dari Filipina, Li Junting dari China, Nerissa Amper Punzalan dari Filipina, Rebecca Faustino Tamangen dari Filipina, Shirlie Palacay dari Filipina, dan Louise S Canete dari Filipina.
Nyaris Dibawa 
Salah satu guru yang nyaris dibawa petugas imigrasi adalah Nerissa. Ia hendak dibawa, karena ada masalah pada dokumennya. Saat diwawancarai Tribun, Nerissa, yang mengaku sudah lima tahun tinggal di Medan, mengatakan, sudah mengurus semua dokumennya.
Nerissa mengatakan, memang pada Juni 2016, kembali ke Filipina. Setelah pulang kampung, pada awal Oktober 2016, ia kembali ke Medan untuk mengajar.
"Dokumen saya dalam proses. Semua sudah saya urus di embassy. Jadi, waktu saya di Filipina, itu empat bulan saya mengurus dokumen untuk balik lagi ke sini," katanya dalam bahasa Inggris bercampur bahasa Indonesia, yang terbata-bata. Nerissa mengajar ilmu pengetahuan di Prime One School. Saat dipanggil petugas imigrasi, ia terpaksa meninggalkan siswanya di dalam lokal."Tadi saya masih mengajar. Saya adalah guru sciense. Izin saya di Indonesia ini memang untuk bekerja," katanya. 
Disinggung soal fasilitas yang ia dapatkan dari sekolah, perempuan tersebut menyebut diberi tempat tinggal.
"Diberi fasilitas rumah dari sekolah. Rumahnya di Johor," ungkap Nerissa. Namun, perempuan berambut panjang ini tidak mendetail menginformasikan berapa gajinya.
Selain memeriksa Nerissa, imigrasi juga memeriksa guru asal Tiongkok bernama Li Junting. Namun, berkas dan dokumen Li Junting lengkap. Selain merazia sekolah Prime One School dan Batari School, imigrasi juga merazia sekolah Djuwita di Jalan Sei Asahan. Di sekolah ini, imigrasi tak menemukan guru asing. Pihak sekolah menyebut, salah satu guru asing mereka asal Skandinavia sudah dideportasi setahun yang lalu.
Didatangi Petugas Imigrasi, Kepala Sekolah Lindungi Guru Asing Didatangi Petugas Imigrasi, Kepala Sekolah Lindungi Guru Asing Reviewed by Unknown on 7:18 AM Rating: 5

No comments

WELCOME TO OFFICIAL Boruto: Naruto Next Generations (Fans Group)blog
Boruto: Naruto Next Generations (Fans Group)